Organizational
Culture
Pengertian :
Ø Sistem
makna bersama yang dikembangkan oleh anggota yang membedakan organisasi
tersebut dari organisasi lain
Ø Persepsi
umum yang dipegang oleh anggota organisasi
Ø
7
karakteristik utama yang secara keseluruhan menangkap esensi dari budaya
organisasi. Masing masing karakteristik tersebut ada dalam sebuah kontinum dari
rendah ke tinggi. Karakteristik tersebut adalah :
Ø Innovation
& risk taking
o
karyawan didorong untuk
lebih inovatif dan mengambil resiko.
Ø Attention
to detail
o
karyawan diharapkan
untuk menunjukkan presisi, analisis, dan perhatian terhadap detail
Ø Outcome
orientation
o
Manajemen yang berfokus
pada hasil dari pada teknik dan proses yang digunakan untuk mendapatkan hasil
tersebut
Ø People
orientation
o
Keputusan manajemen mempertimbangkan
efek dari hasil pada orang – orang dalam organisasi
Ø Team
orientation
o
Kegiatan kerja
diorganisasikan dalam tim bukan individu
Ø Aggressiveness
o
Orang yang agresif dan
kompetitif dari pada easy going
Ø Stability
o
Sejauh mana organisasi
menenkankan mempertahankan status quo kontras dengan pertumbuhan organisasi
Budaya adalah istilah deskriptif
Budaya organisasi berkaitan dengan
bagaimana karyawan mempersepsikan karakteristik budaya organisasi , bukan
dengan apakah atau tidak seperti mereka. Inilah yang disebut istilah
deskriptif, hal ini penting karena membedakan konsep ini dengan konsep kepuasan
kerja. Budaya organisasi adalah deskriptif, sedangkan kepuasan kerja adalah
evaluative.
Apakah organisasi memiliki budaya yang seragam?
Budaya organisasi merupakan persepsi
umum yang dipegang oleh anggota organisasi. Ini dibuat eksplisit ketika kita
mendefinisikan kebudayaan sebagai sistem makna bersama. Kebanyakan organisasi
besar memiliki budaya dominan, dan banyak set subbudaya. Budaya dominan mengungkapkan nilai – nilai inti yang dimiliki oleh
mayoritas anggota organisasi. Sedangkan sub
budaya adalah budaya mini dalam sebuah organisasi, biasanya ditentukan oleh
sebutan departemen dan letak geografis. Ini akan mencakup dalam nilai inti. Nilai inti adalah nilai utama atau
nilai dominan yang diterima di organisasi.
Strong Culture VS Weak Culture
Telah menjadi semakin populer untuk
membedakan antara budaya yang kuat dan lemah. Yang menjadi argumen di sini adalah bahwa budaya yang kuat memiliki dampak yang lebih
besar pada perilaku karyawan dan lebih langsung berhubungan dengan penurunan omset.
Dalam budaya yang
kuat, nilai-nilai inti organisasi keduanya intens diadakan dan luas bersama.
semakin banyak anggota yang menerima nilai – nilai inti dan semakin besar komitmen mereka terhadap
nilai-nilai tersebut, semakin kuat budaya. Konsisten dengan definisi ini,
budaya yang kuat akan memiliki pengaruh besar pada perilaku anggotanya karena
tingginya tingkat sharedness dan intensitas menciptakan iklim internal kontrol
perilaku yang tinggi. Strong Cultures
adalah budaya di mana nilai-nilai inti yang intens sangat dipegang dan dimiliki oleh banyak pihak.
Faktor-Faktor
yang Menentukan Kekuatan Budaya Organisasi :
Ø Kebersamaan
Ø Intensitas
Culture VS Formalization
budaya organisasi yang kuat meningkatkan konsistensi perilaku. dalam hal ini, kita harus mengakui bahwa budaya yang kuat dapat
bertindak sebagai pengganti formalisasi. formalisasi yang tinggi dalam suatu organisasi menciptakan prediktabilitas, ketertiban, dan konsistensi. titik kita adalah bahwa budaya yang kuat mencapai tujuan yang sama tanpa perlu dokumentasi tertulis. Oleh karena itu, kita harus melihat formalisasi dan budaya sebagai dua jalan yang berbeda untuk tujuan umum
Organizational Culture
VS National Culture
Budaya nasional memiliki pengaruh
yang lebih besar bagi organisasi hal terutama dikaitkan dengan karyawan.
Misalnya perusahaan multinasional inggris mungkin kurang tertarik mempekerjakan
“orang khas italia” untuk operasinya di italia dari pada mempekerjakan seorang
italia yang cocok dengan cara perusahaan itu melakukan segala sesuatu.
Apa yang dilakukan
Budaya
Fungsi budaya :
Ø Budaya
mempunyai peran menetapkan tapas batal, artinya budaya menciptakan pembedaan
yang jelas antara satu organisasi dan organisasi yang lainnya
Ø Budaya
memberikan rasa identitas ke anggota – anggota organisasi
Ø Budaya
mempermudah timbulnya komitmen padasesuatu y6ang lebih luas dari pada
kepentingan pribadi seseorang
Ø Budaya
menigkatkan kemantapan system social, artinya budaya merupakan perekat social
yang membantu mempersatukan organisasi.
Ø Budaya
berfungsi sebagai mekaanisme pembuat makna dan mekanisme pengendali yang
memandu dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan
Budaya sebagai beban :
Ø Hambatan
terhadap perubahan : budaya menjadi beban bila perubahan yang terjadi di
lingkungan organisasi berubah secara cepat. Konsistensi budaya organisasi yang
telah berakar dapat membebani organisasi menanggapi perubahan – perubahan yang
terjadi.
Ø Hambatan
terhadap keanekaragaman : budaya organisasi yang kuat dapat menjadi beban dalam
keanekaragaman SARA. Budaya dapat menjadi beban bila budaya itu secara efektif
menyingkirkan kekuatan – kekuatan unik yang dibawa oleh orang – orang dengan
latar belakang yang berbeda – beda.
Ø Hambatan
terhadap merger & akuisisi : budaya organisasi yang kuat dapat menjadi
hambatan bilang ingin melakukan merger dan akuisisi karena perbedaan budaya
yang ada pada 2 organisasi tersebut. Contoh : akuisisi AT&T pada tahun 1991
atas NCR karena perbedaan budaya NCR yang konservatif dan tersentralisasi tidak
menerima baik AT&T sehingga menyebabkan kerugian lebih dari US $3 miliar.
Menciptakan
dan mempertahankan budaya
Asal mula Budaya, proses penciptaan
budaya terjadi dalam tiga cara :
Ø Pertama
: para pendiri perusahaan hanya mempekerjakan dan mempertahankan karyawan yang
berpikir dan merasakan cara yang mereka tempuh
Ø Kedua
: mereka mengindoktrinasi dan mensosialisasikan cara berpikir dan cara
berperasaan mereka pada karyawan.
Ø Ketiga
: bila organisasi berhasil maka visi pendiri menjadi terlihat sebagai penentu
utama keberhasilan, maka pada titik ini keseluruhan pribadi pendiri menjadi
tertanam dalam budaya organisasi.
Menjaga
budaya agar tetap hidup.
Seleksi : tujuan eksplisit dari
proses seleksi adalah mengidentifikasi dan mempekerjakan individu – individu
yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan dalam melakukan
pekerjaan dengan sukses di dalam organisasi tersebut.
Manajemen Puncak : tindakan
manajemen puncak memiliki peranan yang krusial dalam budaya organisasi, lewat
apa yang mereka katakan, mereka lakukan, dan cara berperilaku mereka pada orang
– orang dibawah mereka.
Sosialisasi : organisasi akan
membantu karyawan baru yang ada agar tidak merusak budaya organisasi yang ada.
Proses penyesuaian ini disebut sosialiasi. Sosialisasi mempunyai tiga tahapan
yaitu :
Ø Tahap
Prakedatangan : berupa pembelajaran individu yang terjadi sebelum individu
tersebut tergabung dalam organisasi itu
Ø Tahap
keterlibatan : tahap dalam proses sosialisasi dimana karyawan baru melihat apa
sesungguhnya organisasi itu dan persimpangan yang mungkin dan kenyataan yang
ada
Ø Tahap
metamorphosis : tahap dalam proses sosialisasi dimana karyawan baru berubah dan
menyesuaikan diri dengan pekerjaan,
kelompok kerja, dan organisasi.
Bagaimana
karyawan mempelajari budaya
Cerita : cerita bisa menjadi salah satu
pembelajaran yang dilakukan karyawan agar dapat beradaptasi dengan budaya
perusahaan. Biasanya karyawan akan mempelajari sejarah berdirinya perusahaan
tersebut, dari cerita karyawan juga dapat mempelajari, bagaimana cara
perusahaan tersebut bertingkah laku.
Ritual : Ritual merupakan deretan
kegiatan berulang yang mengungkapkan dan memperkuat nilai – nilai utama
organisasi, sasaran apakah yang paling penting, orang – orang manakah yang
penting dan mana yang dapat dikorbankan
Lambang kebendaan : biasanya hal ini
berupa tata letak kantor, fasilitas perusahaan yang diberikan pada karyawan,
mobil yang diberikan pada low manager, middle manager, high manager.
Bahasa : bahasa biasanya digunakan
untuk mengidentifikasi anggota budaya, dan sub budaya. Bahasa biasanya berada
dalam bentuk istilah untuk produk, ataupun peralatan kantor yang lain, untuk
karyawan baru biasanya sering ada jargon.
Menciptakan Budaya Organisasi yang Etis
-
Jadilah model peran
yang kelihatan.
Karyawan
akan melihat perilaku manajemen puncak sebagai tolak ukur untuk merancang
perilaku yang tepat. Bila manajemen senior terlihat mengambil jalur yang etis,
ia memberikan kesan yang positif.
-
Komunikasikanlah
harapan etis.
Meminimalisir
ambiguitas etik dengan cara penyebaran kode etik organisasi yang harus
menetapkan nilai utama organisasi yang diharapkan untuk diikuti karyawan.
-
Pelatihan Etis
Mengadakan
seminar, loka karya dan progam-progam pelatihan etis yang serupa untuk
mendorong standar perilaku organisaasi dan mengklarifikasi praktik apa yang
boleh dan tidak boleh.
-
Memberikan imbalan dan
hukuman terhadap tindakan etis
Penilaian
kinerja harus mencakup evaluasi poin dan mencakup sarana yang di ambil untuk
mencapai sasaran serta hasil itu sendiri. Jika perilaku bertindak etis maka
diberi imbalan sedangkan yang tidak harus diberi hukum.
-
Menyediakan mekanisme
yang bersifat melindungi
Organisasi
perlu menyediakan mekanisme sehingga karyawan dapat melaporkan perilaku yang
tidak etis tanpa takut ditegur.
Menciptakan Budaya yang Tanggap Terhadap Pelanggan
Perusahaan
berusaha menciptakan budaya yang tanggap terhadap pelanggan karena mereka
mengakui bahwa ini merupakan jalur kesetiaan pelanggan dan mampu menghasilkan
laba jangka panjang.
Ø Berikut
variable-variabel yang membentuk budaya yang tanggap terhadap pelanggan:
1. Tipe
karyawan itu sendiri.
Mempekerjakan karyawan yang terbuka dan
ramah
2. Formalisasi
yang rendah.
Tidak kaku dalam melayani pelanggan
3. Perluasan
formalisasi yang rendah.
Karyawan yang diberdayakan memiliki
keluasan keputusan untuk melakukan apa yang perlu demi menyenangkan pelanggan.
4. Mampu
mendengarkan dan memahami pesan yang dikirim oleh pelanggan
5. Kejelasan
peran.
Mampu mengatasi antara permintaan majikan dan
pelanggan yang mampu menimbulkan ambiguitas dan konflik peran.
Ø Berikut
tindakan-tindakan untuk menciptakan karyaawan yang kompeten
1. Seleksi
Pelamar
pekerjaan harus melewati wawancara yang ekstensif dan pihak perusahaan secara
cermat harus menilai kepribadian pelamar itu sesuai dengan syarat yang
diinginkan perusahaan serta pelamar harus memiliki orientasi kepada pelanggan.
2. Pelatihan
dan sosialisasi
Setelah
perekrutan karyawan baru perusahaan harus mengadakan pelatihan dan sosialisasi
terhadap karyawannya. Agar karyawan tersebut dapat lebih mengenal tentang seluk
beluk pekerjaan serta budaya perusahaan sehingga menciptakan karyawan yang
fokus dan berorientasi terhadap pelanggan.
3. Perancangan
structural
Perusahaan
lebih banyak memberikan kendali terhadap karyawan untuk lebih memuaskan
pelanggan dan memberikan solusi terhadap kritik pelanggan tanpa harus
melaporkan kepada atasan.
4. Pemberdayaan
Konsisten
dengan formalisasi yang rendah adalah pemberdayaan karyawan dengan memberikan
keleluasaan unytuk mengambil keputusan.
5. Kepemimpinan
Para
pemimpin dapat mampu menyampaikan budaya organisasi melalui apa yang mereka
katakan dan apa yang mereka lakukan dan melalui penganutan visi yang berfokus
terhadap pelanggan.
6. Evaluasi
kinerja
Evaluasi
terhadap perilaku karyawan dari pelanggan akan mempengaruhi kinerja karyawan
karena karyawan akan lebih memperhatikan kepuasan kebutuhan pelanggan.
7. Sistem
imbalan
Jika
karyawan menunjukan usaha yang luar biasa untuk menyenangkan pelanggan,
perusahaan perlu memberikan upah dan promosi yang sesuai dengan layanan
pelanggan yang luar biasa.
Spiritualitas
dan Budaya Organisasi
Kesadaran
spiritualias dalam perilaku organisasi dapat membantu memahami lebih baik
perilaku karyawan karena setiap karyawan selalu memiliki kebutuhan batiniah.
Ø Ciri-ciri
organisasi spiritual
1. Sangat
memperhatikan tujuan
Organisasi
spiritual membangun budaya mereka berdasar tujuan yang bermanfaat dan laba
bukan merupakan tujuan utama organisasi itu.
2. Fokus
terhadap pengembangan individu
Organisasi
tidak hanya memberikan jabatan teteapi mereka berusaha menciptakan budaya yang
memungkinkan karyawan dapat terus menerus belajar, bertumbuh dan memberikan
keamanan kerja.
3. Kepercayaan
dan keterbukaan
Ciri-ciri
organisasi spiritual adalah kepercayaan timbal balik, kejujuran dan
keterbukaan. Para manajer tidak takut mengakui kesalahan dan mereka cenderung
berterus terang dengan karyawan, pelanggan dan pemasok.
4. Pemberdayaan
karyawan
Mampu
memberdayakan karyawan sehingga ddapat mengambil sebagian besar keputusan yang
berhubungan dengan kerja, dengan kata lain perusahaan percaya bahwa karyawan
dapat mengambil keputusan dengan hati-hati dan penuh pertimbangan terhadap
pelanggan.
5. Toleransi
terhadap ekspresi karyawan
Perusahaan
tidak melumpuhkan emosi karyawan yang memungkinkan karyawan untuk menjadi diri
mereka sendiri.
Ø Kritik
terhadap spiritualitas
Kritik ini muncul ketika spiritualitas
didefinisikan sebagai membawa agama dan Tuhan ke tempat kerja akan tetapi
kritik itu tampaknya kurang mengena bila tujuannya terbatas pada membantu
karyawan yang menemukan makna dalam kehidupan kinerja mereka. Studi riset
terbaru menemukan bahwa perusahaan yang memperkenalkan spiritualitas mampu
meningkatkan produktivitas dan mengurangi keluar masuk karyawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar